SUKAMORO-AIRBATU, BANYUASIN SOUTH SUMATRA FIELD OBSERVATION JULY 2016


Merupakan review dari kegiatan Fieldwork pada Juli 2016. Bagaimana dan apa yang didapat dari kegiatan seru ini?

Didasarkan pada kurangnya data yang akan dipergunakan pada presentasi dan juga sebagai salah satu pangkalan dasar dari data penelitian di PSTG Universitas Sriwijaya, akhirnya dilaksanakan pengambilan data lapangan berupa Fieldwork pada daerah Airbatu dan Sukamoro, keduanya berada pada Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Jarak lokasi dari kota Palembang tidak terlalu jauh, sekitar 18 KM kearah lintas Palembang-Betung, ditambah ada kediaman salah satu kawan kami disana sehingga makin memudahkan pada pengambilan data lapangan (problem perbekalan dapat teratasi).

Adapun pada pengambilan data lapangan ini beranggotakan 3 orang, Dolvi Sasmita (Geo-14) sebagai ketua tim, saya dan Rizky Dharmawan (Geo-14) yang mana dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Juli 2016. Kegiatan awal adalah dengan persiapan alat, dan kemudian sekitar pukul 09.30 WIB bertolak ke Airbatu untuk pengambilan data.

Dari hasil pengamatan, terlihat singkapan Paleochannel besar yang berada di Airbatu sudah mulai terkikis diakibatkan aktivitas pertambangan tanah timbunan yang intensif. Padahal, preservasi Scour di daerah ini cukup jelas terlihat dan dapat teramati secara seksama. Bahkan, pada beberapa tempat terlihat telah mengalami longsoran maupun terendam air akibat penggalian tanah timbunan tadi, sehingga kondisi daerah sudah tidak aman untuk dikunjungi tanpa pengawasan dari ahli.

Meski begitu, data-data seperti adanya Pinch-out dari batulanau dan adanya Bipolar cross-bedding masih terlihat dan belum mengalami penggalian. Kemudian singkapan berupa pasir gradasi di sebelah selatan tebing Airbatu masih bisa terlihat, meskipun tak jauh dari lokasi sudah dipenuhi sampah-sampah buangan masyarakat.

Secara interpretatif, daerah Airbatu merupakan salah satu contoh lingkungan pengendapan dari Formasi Talangakar beruba transisi antara sungai Teranyam menjadi sungai Bermeander, dimana terlihat pada bagian selatan terdapat Scour terisi material berukuran gradasi pasir sedang hingga pasir halus. Sementara semakin ke utara atau kearah singkapan tebing Airbatu, semakin terlihat adanya Paleochannnel dengan diameter mencapai 5 meter dan adanya struktur Cross-bedding pada bagian Scour tersebut.

Setelah pengamatan selama 1,5 jam, kami beranjak ke Sukamoro menggunakan kendaraan roda 2 berjumlah 2 motor, dengan waktu tempuh 7 menit menggunakan jalan tanah masyarakat. Jalan yang merupakan bahan timbunan membuat kondisinya cukup menyulitkan apabila dilewati pasca hujan, sehingga perlu menjadi perhatian untuk pemerintah setempat.

Sesampainya di Sukamoro, kami melakukan observasi pada bagian barat Sukamoro berupa tebing bekas galian pertambangan yang telah dihentikan akibat adanya pembangunan perumahan. Hal ini tentu membantu menjaga preservasi singkapan yang cukup menarik ini. Adapun pada singkapan ini terlihat adanya perselingan batupasir berstruktur Gravel lag dengan batulempung masif berwarna putih dan Carbonaceous shale dan ada sedikit sisipan batubara setebal 0,23 m. Kedudukan dari perlapisan adalah N3420E/200NE dengan panjang singkapan 45 m dan tinggi 4,5 m.

Setelah melakukan observasi kami memanjat singkapan tersebut dengan keadaan tanpa alat pengamanan (harap tidak dilakukan tanpa profesional yang mengawasi). Dolvi dan Eki memanjat dari sisi yang curam pada awalnya, sebelum saya berinisiatif memanjat pada bagian yang telah membentuk Gulley dan relatif mudah untuk dipanjat. Selama beberapa saat kami mengamati kenampakan desa Sukamoro dan Jalan Lintas Palembang-Betung yang tak terlalu jauh dari posisi singkapan, dan melewati sisi belakang bukit tepatnya pada sisis utara tebing dan kembali ke Basecamp. Kegiatan berakhir pada pukul 13.50 WIB dengan menikmati makan siang serta kemudian pukul 17.00 WIB kembali ke Palembang.


Gambar 1 Kenampakan Singkapan Paleochannel daerah Airbatu dari jauh

Gambar 2 Singkapan Paleochannel dengan kenampakan struktur gerusan, batupasir kemudian batulempung diatasnya secara berulang
Gambar 3 Kenampakan Scouring pada batupasir bersturktur silang-siur Bidirection dan lempung diatasnya, bagian  bawah Scour adalah batulempung
Gambar 4 batupasir berwarna kecokelaatan (bawah) merupakan rezim aliran yang berbeda dengan batupasir berwarna merah (atas), liukan yang membatasinya merupakan Scouring dari Paleochannel. Koin berdiameter 2,3 cm
Gambar 5 Perjalanan menuju Singkapan Sukamoro dari Basecamp
Gambar 6 Memanjat ke tebing singkapan Sukamoro
Gambar 7 pemandangan dari atas tebing Sukamoro, saya (belakang), Eki (kiri) dan Dolvi (Kanan)



Komentar