MESMERIZING INTRODUCTION - Cara Menulis Pendahuluan yang Baik
Kali
ini kita akan membahas mengenai pendahuluan, yaitu salah satu bagian dari suatu
publikasi yang punya peranan sangat penting bagi bagus tidaknya suatu
publikasi. Peranan dari pendahuluan tidak hanya berlaku saat menulis saja,
namun akan berdampak pada kualitas dan jalannya suatu penelitian. Oleh karena
itu, seringkali pendahuluan dibuat paling awal setelah pembuatan ide dan alur
penelitian.
Pendahuluan,
seperti yang dijelaskan diatas, merupakan awal dan latar belakang dari suatu
publikasi. Tujuan dari adanya pendahuluan adalah menggiring pembaca dalam
memahami konteks yang ingin diselesaikan pada publikasi ini. Pendahuluan
seringkali berisi informasi-informasi dari tulisan-tulisan terdahulu, fakta
lapangan, masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian dan tulisan tersebut. Hal
tersebut menjadikan pendahuluan sangat fundamental baik untuk tulisan maupun
penelitian seseorang. Pendahuluan yang baik akan menghasilkan tulisan yang baik
pula.
Dengan
alasan tersebut, pembuatan suatu pendahuluan pada publikasi ilmiah terasa
sangat sulit, karena harus merangkum banyak hal didalamnya kedalam suatu
paragraph-paragraf yang kadang dibatasi. Hal tersebut dapat diperparah apabila
penelitiannya belum dilaksanakan (umumnya terjadi pada rekan-rekan mahasiswa),
sehingga terkesan “mengawang” dalam menulis pendahuluan. Belum lagi muncul
pertanyaan-pertanyaan seperti “apa yang harus saya tulis pertama kali pada
pendahuluan” atau “apa bagian dari pendahuluan tersebut?” yang terkadang membuat
bingung banyak penulis. Maka, perlu dilakukan pembahasan mengenai Teknik
menulis pendahuluan, bagaimana pola yang dipakai hingga perencanaan dari pola
penulisan tersebut.
Berdasarkan
pola penulisannya, ada banyak sekali metode yang dipergunakan dalam menulis
pendahuluan. Akan tetapi, secara garis besar ada 2 mahzab yang dipergunakan
dalam membuat pola pendahuluan. Yang pertama adalah metode segitiga terbalik
dan yang kedua adalah metode CARS (Create a research space). Terdapat
perbedaan antara kedua pola tersebut baik dari pola maupun cara menulisnya.
Pada
pola segitiga terbalik, ide dari pendahuluan adalah berdasarkan dari gagasan
yang luas, kemudian mengerucut menjadi tujuan penelitiannya. Pola ini akan
sangat membantu dalam menuliskan gagasan masalah dan secara umum kita
pergunakan dalam menulis, baik secara ilmiah maupun karangan singkat. Akan
tetapi, pada penulisan pola segitiga terbalik ini memiliki kelemahan yaitu
tidak jelasnya dasar maupun Batasan ilmiah yang dipergunakan pada suatu
tulisan, karena paling banyak dalam penulisan ilmiah geologi terbatasi pada
kondisi geografis maupun litologi, bukan apa yang ingin diteliti atau cakupan
masalah yang akan diselesaikan. Sehingga, pola segitiga terbalik ini akan
efektif apabila membahas hal-hal yang sifatnya cukup umum, meskipun sudah
dikonotasikan sebagai pembahasan khusus oleh penulis. Istilahnya, penggunaan
pola ini pada suatu publikasi bersifat “kurang tajam”, apalagi dari sudut
pandang suatu publikasi geologi.
Sumber: Wordvice.com
Sementara,
pola CARS merupakan jenis pola penulisan pendahuluan yang menekankan pada pola
IMRD (Introduction, Methods, Result dan Discussion) serta
menekankan pada inti masalah yang akan dibahas tanpa melihat urutan umum ke
khusus. Kelemahan dari pola ini adalah haruslah memilki scope atau
cakupan yang dibahas secara spesifik atau memiliki referensi yang cukup
fundamental sehingga dapat dibawa kedalam pendahuluan, sehingga akan sangat
sulit apabila tulisan tersebut memiliki referensi yang sangat terbatas. Meski
demikian, pada penggunaannya pola CARS ini dapat dikembangkan Kembali oleh
penulis selanjutnya sehingga memiliki nilai keberlangsungan tulisan yang sangat
tinggi, sehingga gampang untuk dijadikan acuan.
Akan
lebih baik penulisan suatu publikasi ilmiah geologi menggunakan pola CARS ini.
Hal tersebut disebabkan tingginya kebutuhan sitasi suatu tulisan geologi yang
akan menjadi dasar, baik untuk kondisi geologinya maupun metode yang akan
dipakai. Apabila mengacu pada pola segitiga terbalik, poin poin yang disebutkan
tadi haruslah diidentifikasikan tersendiri alias tersirat, sehingga cukup
memakan waktu dalam membacanya. Sementara pada pola CARS hal-hal tersebut akan
secara langsung tertulis pada tulisan pendahulan, sehingga memudahkan kita
untuk mengacu tulisan tersebut. Oleh karena itu, jurnal-jurnal internasional
sangat menyukai pola penulisan ini yang dianggap eksploratif dan bisa menjadi
bahan buat suatu pembahasan berkembang.
Bagaimana
cara menulis pola CARS? Pada penulisan pola ini yang pertama dilakukan setelah
mendapatkan ide dan tema penelitian adalah menetapkan bidang kajian yang akan
dibahas. Maksudnya adalah kita harus menentukan terlebih dahulu apa yang kita
bahas secara spesifik, sehingga menarik pembaca. Pada tahap ini hal yang
dilakukan adalah membuat klaim atau menekankan bahwa tulisan ini merupakan
bagian dari tema kajian tertentu, dikorelasikan dengan bagaimana topik ini
cukup banyak diperbincangkan atau dalam Bahasa sekarang “kekinian”. Sebagai
contoh pada pendahuluan mengenai riset penurunan tanah akibat hidrogeologi,
perlu ditekankan bahwa topik ini sedang hangat diperbincangkan serta kajiannya
cukup menarik banyak pihak, baik dari kalangan geosaintis maupun praktisi
pemerintahan bahkan masyarakat umum. Pada bagian ini bisa ditambahkan referensi
yang membahas soal penurunan tanah dengan menonjolkan keterbaruan (yang disebut
usahakan penelitian-penelitian terbaru atau paling tidak sesuai dengan lokasi
tersebut).
Lalu
dapat dilakukan dengan generalisasi mengenai topik penelitian tersebut. Langkah
ini ditunjukkan agar didapatkan dasar pengetahuan bagi pembaca sebelum membaca
publikasi tersebut. Pada bagian ini Langkah yang dilakukan seperti membuat
klaim penelitian, yaitu dengan membaca dan menyebutkan Pustaka yang mendukung.
Sebagai contoh adalah dengan menyebutkan penelitian mengenai penurunan tanah di
Kota Semarang berdasarkan penelitian a, b, c dan seterusnya benar-benar terjadi
akibat berubahnya hidrogeologi daerah Semarang, begitu seterusnya.
Langkah
selanjutnya adalah tinjauan penelitian sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
memberi rangkuman dari studi Pustaka kita yang mendukung topik kita. Secara
umum pada tinjauan ini ada 3 poin yang ditulis, yaitu nama peneliti, topik
penelitian dan temuannya. Misalkan menurut peneliti a pada riset tahun 2017
mengenai tingkat penurunan tanah di Kecamatan A Kota Semarang, terjadi
penurunan sebesar 5 mm yang berkorelasi terhadap turunnya muka air tanah di
kecamatan tersebut. Begitu juga seterusnya, dengan catatan gaya penulisan
bersifat deskriptif dan menunjukkan faktanya saja.
Mekanisme
kedua setelah menentukan bidang kajian adalah menentukan topik spesifik dari
bidang kajian tersebut. Maksudnya adalah apa hal yang akan dibahas dari bidang
kajian yang kita akan bahas secara khusus, atau istilah lainnya adalah subtema
dari kajian tersebut. Dengan menjabarkan hal ini, maka pembaca akan mendapat
gambaran tentang apa yang akan ditulis dan diteliti sehingga tak timbul
pertanyaan yang diluar subtopic namun masih masuk ke topik penelitian. Sebagai
contoh, tema penurunan tanah akibat hidrogeologi perlu dikaji dari fluktuasi
muka air tanahnya, karena parameter muka air tanah di Semarang memiliki peranan
penting dan akan mendukung bagaimana tingkat penurunannya secara lebih
komprehensif.
Perlu
dicatat pada mekanisme kedua ini dapat dikombinasikan dari beberapa gaya
penulisan, yang terdiri atas membuat sanggahan penelitian terdahulu,
menunjukkan kekosongan literatur, mengajukan pertanyaan maupun meneruskan
tradisi atau Langkah kerja. Keempat aspek ini dapat dipilih salah satu maupun
dikombinasikan, guna menguatkan kenapa subtema penelitian ini kita pilih.
Sebagai contoh, penelitian muka air tanah di Kota Semarang tidak secara
spesifik melihat fluktuasi muka air tanah, yang disebabkan kurang banyaknya
piezometer yang terpasang pada penelitian-penelitian terdahulu dibuat. Hal ini
akan mempengaruhi kondisi dan kalkulasi penurunan tanah, sebab muka air tanah
akan berpengaruh terhadap tekanan pori dari suatu litologi.
Tips
pada tahapan ini antara lain harus diketahui masalah yang ada di penelitian
sebelumnya yang koheren dengan apa yang ingin kita bahas, karena akan
menggambarkan bagaimana arah penelitian kita kedepannya. Lalu sedapat mungkin
temukan penelitian yang ada di daerah tersebut, jangan terlalu cepat mengatakan
bahwa belum ada topik penelitian tentang ini sebelumnya. Yang terakhir adalah
silahkan kritisi penelitian yang ditinjau oleh kita, sepanjang hal tersebut
memang punya kelemahan ataupun tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang kita
miliki.
Tahapan
terakhir adalah mendeskripsikan penelitian kita atau Bahasa lainnya “jualan”. Pada bagian ini kita menawarkan apa yang ingin
kita bahas dari subtopic tersebut dan memecahkan masalah-masalah yang ada di
literatur sebelumnya. Dengan demikian, kita diwajibkan menuliskan tujuan,
manfaat maupun gambaran hasil yang diinginkan pada bagian ini. Deskripsi
penelitian dapat dimasukkan pada akhir pendahuluan, meskipun ada beberapa
publikasi yang menuliskan deskripsinya pada awal pendahuluan. Pada tahapan
ketiga ini dapat berisi garis besar tujuan penelitian, menyatakan kajian
ataupun penelitian apa yang sedang berlangsung serta menyebutkan hasil-hasil
temuannya. Ketiga poin tersebut dapat dipilih salah satu atau memasukkan
semunya, namun akan lebih baik jika fokus pada satu kegiatan saja, seperti
“penemuan pada penelitian ini berupa identifikasi dan determinasi dari fosil
gajah purba di Baturaja, Sumatera Selatan”.
Akhir
kata, dalam menulis pendahuluan kiranya memperbanyak studi literatur. Karena
dengan melakukan hal tersebut, kita dapat mengetahui sistematika penulisan
pendahuluan yang baik serta menambah dasar argument untuk menguatkan penelitian
kita dalam publikasi tersebut. Perlu juga dicatat bahwa penulisan pendahuluan
yang mengangkat isu-isu terbaru akan menaikkan nilai tulisan kita, sehingga
akan menimbulkan rasa penasaran dari para pembaca maupun menjadi dasar untuk
dikembangkan lebih jauh.
Zelandi,
M. 29/05/2020
*Resume ini merupakan catatan presentasi dalam rangka "Riset Day" yang diadakan Seksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi Indonesia (SM-IAGI) Universitas Sriwijaya, 5 Juni 2020
Komentar
Posting Komentar